Pelatihan Guru-Guru Pendidikan Agama Kristen
KNLWF Indonesia telah melakukan kegiatan pelatihan Guru-guru Agama Kristen sekolah Gereja yang dimobilisasi oleh Koordinator LSC dan Staff Officer Pendidikan. Kegiatan pelatihan Guru-guru Agama Kristen dilakukan pada Kamis- Jumat/ 22- 23 September 2022 bertempat di Gedung LSC Komplek STT HKBP Nommensen Pematang Siantar.
Kegiatan ini dibuka oleh BPH KNLWF Indonesia oleh Sekretaris KNLWF Indonesia Bapak Pdt. Humala Lumbantobing, M.Th.,. Ibadah Pembuka yang dibawa oleh Pdt. Dr. Mery Simarmata. Peserta yang hadir pada pelatihan tersebut sebanyak 38 peserta. Seharusnya 39 peserta, tetapi 1 peserta tidak dapat hadir untuk mengikuti pelatihan ini. Peserta pelatihan ini terdiri dari 6 orang Guru Agama Kristen Sekolah GKPI, 6 orang Guru Agama Kristen Sekolah HKI, 12 orang Guru Agama Kristen Sekolah GKPS dan 14 orang Guru Agama Kristen Sekolah HKBP. Pelatihan ini dilakukan dalam 6 sesi.
-Sesi I : Joint Declaration on the Doctrine of Justification (Rev. Charles W. Peterson, Ph.D.)
-Sesi II : A Short Overview of Luther’s Small Catechism (Rev. Charles W. Peterson, Ph.D.)
-Sesi III : The Ten Commandments (Rev. Bonar Lumbantobing, M.Th.)
-Sesi IV : Creed (Rev. Ronald Pasaribu, M. Th.)
-Sesi V : Lord’s Prayer (Rev. Morrys Marpaung, M.Th.)
-Sesi VI : Baptism, Confession, Lord Supper (Rev. Ronald Pasaribu, M. Th./ Rev. Morrys Marpaung, M.Th.
Pelatihan ini sangat menekankan pengajaran Luther tentang pembenaran akan Iman. Rev. Charles W. Peterson membuka pelatihan ini dengan menerangkan deklarasi bersama tentang doktrin justifikasi bahwa manusia dibenarkan oleh iman oleh karena anugerah dari Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada yang bisa diperbuat manusia untuk membenarkan dirinya. Perbuatan baik yang dihasilkan oleh manusia, itu dikarenakan buah dari penghayatan akan kasih karunia Allah kepada manusia berdosa. Jadi pembenaran hanya semata-mata karena perbuatan Allah bukan perbuatan manusia. Ajaran Martin Luther dituangkan dalam Katekismus. Rev. Bonar Lumbantobing membagikan kepada para peserta bagaimana Luther menyusun Katekismus Kecil ini sebagai bahan pendidikan bagi keluarga, Gereja dan lainnya. Bagi Martin Luther, ada tiga pokok yang penting bagi kebahagiaan orang Kristen:
- Dia hendaknya mengetahui apa yang dia perbuat dan apa yang sebaiknya dia lakukan. (Decalog)
- Selanjutnya, kalau dia sudah melihat bahwa itu semua dia tidak dapat lakukan dengan kekuatannya sendiri, dia mengetahui di mana dia mengambil, mencari dan menemukan, agar dia dapat melakukan apa yang seharusnya dia lakukan itu. (Credo)
- Ketiga, supaya dia tahu bagaimana dia mencari dan meraihnya.” (Oratio Dominica)
Hal ini yang membuat penyusunan pengajaran Martin Luther dalam Katekismus Kecil ini sebagai berikut Dasa Titah (Sepuluh Firman), Pengakuan Iman, Doa Bapa Kami, Baptisan dan Perjamuan Kudus. Dan selanjutnya, susunan khas Kathekismus Kecil menjadi Dasa Titah, Pengakuan Iman, Sakramen Baptisan Kudus, Pengakuan dan Pengampunan, Sakramen Altar (Perjamuan Kudus), Doa Pagi dan Petang, Doa di Meja Makan, dan Daftar Tugas. Kathekismus adalah suatu ringkasan segala sesuatu yang kita dapati dalam Kitab Suci dalam bentuk yang singkat, jelas dan sederhana. Dasa Titah itu mendakwa dan menyalahkan manusia. Dan kesaksian Alkitab menyatakan bahwa tidak ada seorangpun mampu memberlakukan Hukum Taurat dengan sempurna. Oleh karena itu, bukan karena hukum taurat manusia diselamatkan, tetapi karena anugerah Allah sehingga Hukum Taurat diberikan kepada manusia berdasarkan tiga alasan:
(1) untuk memelihara disiplin lahiriah melawan orang yang susah diperintah dan tak beraturan,
(2) membimbing manusia untuk mengetahui dosa mereka,
(3) setelah mereka dilahirkan kembali, dan walau mereka masih tetap dalam daging, kepada mereka diberikan hukum Taurat sebagai satu peraturan yang tetap untuk menjadi acuan bagi mereka dalam membentuk serta mengatur seluruh hidup.
Pembicara lainnya, Rev. Morrys Marpaung dan juga Rev. Ronal Pasaribu menjelaskan bagian Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman, Sakramen Baptisan, Pengakuan dan pengampunan beserta Sakramen Perjamuan Kudus. Dalam penjelasan tentang Doa Bapa Kami, Rev. Morrys Marpaung terlebih dahulu merujuk kepada latar belakang mengapa Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, yang dimana kaum Farisi pada saat itu berdoa dengan bertele-tele dan di dalam kemunafikan. Mereka berdoa agar terlihat saleh. Maka menurut Luther, berdoa adalah suruhan Allah. Maka hendaknya kita berdoa dalam nama Yesus, yaitu dengan iman akan Dia sebagai penebus kita (Yoh. 16.23), dengan keyakinan, yaitu dengan kepercayaan yang teguh demi Yesus doa doa kita akan dikabulkan (Mat. 21.22; Yak. 1.6-7), dan menurut kehendak Allah yang diwahyukan (Luk. 11.13; 22.42; Mat. 8.2; 1Yoh. 5.14).
Dalam pengajaran tentang Pengakuan Iman, Rev. Ronal Pasaribu menjelaskan bagian per bagian. Pengakuan iman berisikan tentang apa yang kita imani, ajarkan dan lakukan. Selanjutnya, dalam pengajaran Sakramen Baptisan, pengakuan dan pengampunan serta sakramen Perjamuan Kudus, pertama sekali menekankan bahwa manusia itu adalah manusia yang penuh keberdosaan sehingga membutuhkan pengampunan dan anugerah dari Tuhan Allah. Dan Sakramen itu menjadi sarana dimana anugerah pembenaran itu dapat kite terima terus-menerus. Jika dibandingkan dengan kita, Gereja-gereja pendiri KNLWF, Sakramen Perjamuan Kudus dilakukan 3- 4 kali dalam setahun, padahal menurut Luther, Sakramen Perjamuan Kudus dilakukan setiap kali ibadah/ setiap minggu, karena kita setiap saat jatuh ke dalam dosa.
Dari pemaparan yang diberikan pembicara dalam pelatihan ini, terlihat bahwa semua peserta dengan antusiasnya untuk mengikuti dan mendalami teologi Lutheran dalam Katekismus kecil. Hal ini terlihat dari peserta yang setiap sesi mengajukan beberapa pertanyaan sebagai bahan diskusi dalam sesi. Harapan yang ingin dicapai tentunya agar guru-guru terampil dalam mengajar Pendidikan Agama Kristen kepada siswa, keluarga dan ke seluruh dunia berdasarkan Landasan Iman Kristen menurut Luther. Namun, dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah Gereja yang berbasiskan Landasan Iman Kristen tersebut mendapatkan tantangan yang besar. Hal ini diakibatkan tidak adanya dalam kurikulum pendidikan agama Kristen. Oleh karena itu, dalam kesempatan pelatihan ini, pembicara dan para peserta mengambil kebijakan untuk menyisipkan tambahan pengajaran tentang Pendidikan Agama Kristen menurut Landasan Iman Kristen. Dan harapan terbesar dalam pelatihan ini adalah Landasan Iman Kristen ini menjadi kurikulum pendidikan Agama Kristen di Indonesia. Hal ini tentunya membutuhkan kerjasama yang baik, usaha yang keras dan waktu yang panjang. Dan kegiatan ini ditutup oleh Tim KNLWF dengan kesan dan pesan dari peserta, pemberian sertifikat dan ibadah penutup.
Recent posts
Intensive Course Lutheran Theology 2024 – Module 1.1: History of Lutheranism
“Intensive Course Lutheran Theology 2024”Module 1.1: History of Lutheranism Pada tanggal 20-22 Maret 2024, Kursus Teologi Lutheran pertama di Sumatera Utara telah dimulai dan bertempat
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran Komite Nasional Lutheran World Federation (KN-LWF) bersama Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) menggelar forum kolaborasi untuk meningkatkan kualitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas Pada hari pertama, Kamis 15 Maret 2024, Komite Nasional Lutheran World Federation