Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas

Pada hari pertama, Kamis 15 Maret 2024, Komite Nasional Lutheran World Federation (KN-LWF) bekerja sama dengan Gereja Protestan Persekutuan (GPP) menyelenggarakan Pelatihan Dasar bagi Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia. Acara ini bertujuan untuk menciptakan ibadah yang ramah bagi kaum disabilitas, khususnya kaum tuli.

Dalam sambutan awalnya, Pdt. Dedi Pardosi mengungkapkan pentingnya komunikasi efektif dalam kehidupan sehari-hari, namun seringkali kita lupa bahwa tidak semua anggota komunitas memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang sama. Bahasa isyarat dianggap sebagai jembatan yang kuat dalam memperkuat komunikasi dan keterlibatan bagi individu-individu dengan gangguan pendengaran. Bishop GPP, Pdt. Makmur Simaremare, juga menyambut baik kegiatan ini yang diharapkan dapat memudahkan pekerja gereja dalam menyampaikan firman Tuhan kepada teman tuli.

Acara dilanjutkan dengan sesi pertama tentang Teologi Disabilitas yang dibawakan oleh Pdt. Masriany Sihite, di mana dijelaskan bahwa lingkungan dan sistem perlu disediakan bagi orang dengan disabilitas. Disabilitas adalah anggota tubuh Kristus, dan ketika Yesus menyembuhkan seseorang, ada sentuhan dan gestur yang mengandung makna.

Sesi kedua dipandu oleh teman tuli, Elisabeth dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia), yang diterjemahkan oleh Vutry, seorang Juru Bahasa Isyarat (JBI) kota Medan, yang memberikan pengenalan dasar tentang dunia tuli dan budaya tuli. Peserta belajar Bahasa Isyarat Dasar, menggunakan struktur Glosa, Alfabet, serta latihan penggunaan tangan, dan gerakan dalam bahasa isyarat.
Panggilan kepada teman tuli sebaiknya menggunakan istilah “tuli” daripada “tuna rungu,” karena “tuli” lebih menggambarkan identitas sosial yang positif bagi teman tuli. Pelatihan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang berarti dalam perjalanan menuju kesetaraan dan keadilan bagi semua anggota jemaat, serta membangun gereja yang inklusif.

Sesi ketiga dipimpin oleh Silvya Deslini Munthe dan Vutry Simarmata dari Gerkatin dan Juru Bahasa Isyarat Indonesia (JBI). Mereka mengajarkan peserta bahasa isyarat yang digunakan dalam tata ibadah, termasuk penggunaan bahasa isyarat untuk “Doa Bapa Kami” dan nyanyian “Melayani Lebih Sungguh.” Latihan dilakukan secara bersama-sama, dengan beberapa peserta berkesempatan untuk mempraktikkannya di depan kelompok.

Meskipun masih banyak hal yang perlu dipelajari dalam menggunakan bahasa isyarat dalam ibadah, pelatihan ini diharapkan akan berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk semakin banyak orang yang mendukung kegiatan-kegiatan yang menciptakan lingkungan inklusif bagi teman disabilitas.

Kegiatan ditutup dengan ibadah yang dipimpin oleh Bishop Gereja Protestan Persekutuan, Pdt. Makmur Simaremare. Dalam khotbahnya, beliau menekankan pentingnya kesatuan dalam tubuh, mengibaratkan bahwa manusia memiliki banyak anggota tubuh dengan fungsi yang berbeda-beda namun dapat bekerja sama dengan baik. Begitu juga dalam kehidupan, semua orang memiliki perbedaan kemampuan untuk saling melengkapi dan membutuhkan satu sama lain, dengan tujuan untuk memuliakan nama Tuhan.