Training of Trainers Team Building Mentawai

Training of Trainers Team Building Mentawai, yang berlangsung dari 4 hingga 8 Desember 2023, berhasil menggabungkan berbagai topik penting yang berkaitan dengan pengembangan desa wisata, pemberdayaan masyarakat adat, dan advokasi hak anak di Pulau Mentawai.

Pada sesi pertama, Agung Ramos Febriano, S.Kel, membuka diskusi dengan fokus pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal untuk mencapai desa mandiri dan sejahtera. Peserta didorong untuk memahami konsep pariwisata berkelanjutan dan merancang rencana pengembangan desa wisata yang tidak hanya memanfaatkan keindahan alam tetapi juga mengangkat budaya dan kreativitas lokal. Sesi ini menyoroti pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pariwisata, dengan harapan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Sesi kedua membahas ekowisata Mentawai di tengah eksploitasi hutan dan tanah adat. Peserta belajar merancang paket wisata yang menarik dan memahami pentingnya kerjasama dengan perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga dibahas sebagai kunci untuk pengelolaan destinasi pariwisata yang efektif dan berkelanjutan.

 

Pada sesi ketiga, fokus beralih ke hak tanah adat dan tantangan yang dihadapi masyarakat Mentawai. Pembicara Ranto Sibarani, S.H., menekankan pentingnya pengakuan, perlindungan, dan pemberdayaan terhadap masyarakat hukum adat. Diskusi juga melibatkan konsep advokasi untuk memperjuangkan hak-hak tanah ulayat, memberikan peserta pemahaman mendalam tentang pentingnya advokasi dalam menjaga hak-hak masyarakat adat.

Sesi keempat mengangkat isu Mentawai sebagai Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), dengan pembahasan mengenai ketidaksetaraan dan cara memajukan kesejahteraan masyarakat. Peserta dilibatkan dalam simulasi advokasi hukum, yang memberikan mereka keterampilan dalam merancang kebijakan yang mendukung pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan.

Sesi kelima dan keenam berfokus pada advokasi kesetaraan gender dan perlindungan anak. Pdt. Obertina Johanis, M.Th, memimpin diskusi tentang peran gereja dalam memerangi kekerasan terhadap anak dan mendobrak bias gender di Mentawai. Kasus nyata kekerasan seksual pada anak di Mentawai dibahas secara mendalam, dan peserta diajarkan cara mencegah serta menangani kekerasan tersebut melalui pendekatan yang reflektif dan berbasis ajaran agama.

Keseluruhan rangkaian pelatihan ini menanamkan semangat baru bagi peserta untuk menjadi agen perubahan di Pulau Mentawai. Dengan pemahaman yang mendalam dan keterampilan praktis yang diperoleh, mereka diharapkan mampu mengembangkan potensi pariwisata, memberdayakan masyarakat adat, dan melindungi hak-hak anak, menuju Mentawai yang lebih sejahtera dan berkeadilan.