Konferensi Pemuda Lutheran: Hari Ketiga, 29 Oktober 2022

     Untuk memulai kegiatan peserta di hari ketiga, peserta terlebih dulu mengikuti ibadah pagi. Khotbah terambil dari Kolose 1:15-23, “Kristus dalam segala hal menjadikan pemuda-pemudi sekarang sebagai prajurit Kristus yang setia serta berani melewati rintangan dan goncangan” (Pdt. Titi Dwi Jayanti Halawa, S.Th.).
     Sesi V membahas mengenai “Human Trafficking and the Church: Prophetic Advocacy and Faithfulness to the Gospel” yang dipaparkan oleh Rev. Jessica Derise, M.Div, BCC. Pada sesi ini, Pdt. Haposan Sinaga, MA., menjadi moderator sekaligus translator. Perdagangan manusia merupakan fakta sekaligus fenomena yang sudah berlangsung lama dan berkelanjutan di seluruh dunia. Itu terjadi dan mempengaruhihampir setiap negara di dunia. Statistiknya luar biasa: Orang yang diperdagangkan tercatat dari 136 negara, dan kasus perdagangan manusia tercatat di 118 negara. Perdagangan manusia memiliki beberapa tujuan, yang pertama untuk tujuan eksploitasi seksual yang mencapai 58 persen dari seluruh kasus secara global, sedangkan sisanya untuk kerja paksa yang juga terus meningkat.
     Kelompok perempuan adalah yang paling banyak menjadi korban. Dari kasus-kasus tersebut, sekitar 60 persen korban adalah perempuan, 27 persen adalah anak-anak (dua pertiganya adalah perempuan. Pengambilan organ tubuh, mengemis, kawin paksa, adopsi ilegal, berpartisipasi dalam pertempuran bersenjata, dan kejahatan lainnya adalah beberapa alasan kriminal untuk kemanusiaan. perdagangan manusia.
     Pada Sesi V, Agape Lumbantobing membahas tentang “Peace Messenger”. Sesi ini, mengajak para peserta untuk memahami dan menyadari bahwa identitas kita sebagai anak Tuhan harus ditunjukkan dalam kehidupan, khususnya kehidupan sebagai remaja. Sebagai remaja, hidup kita membawa pesan damai, yaitu Kristus. Hal ini menegaskan bahwa, damai sejahtera akan nyata ketika Kristus hidup di dalam kita. Sebagai generasi muda, langkah-langkah yang harus diambil untuk memajukan keadilan antara lain:Mulailah dengan diri sendiri. Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari pada gaya hidup masing-masing; Lebih sadar akan lingkungan sekitar, orang dan lingkungan; Meningkatkan potensi diri dan pengetahuan; Mempromosikan gaya hidup berkelanjutan bagi kaum muda dalam lingkup pertemanan, kelompok, dan media sosial. Agave Lumbantobing mengingatkan bahwa langkah yang kita ambil bukanlah perintah atau paksaan melainkan sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai anak Tuhan.
     Topik “Pemuda Gereja-Gereja Lutheran sebagai Pembawa Pesan Perdamaian dalam Beragama dan Berkeyakinan yang Toleran” yang dipaparkan oleh Hendra Simanjuntak. Pemuda Gereja Lutheran sebagai Pembawa Perdamaian Agama dan Keyakinan harus segera dilakukan. Situasi di Indonesia akhir-akhir ini, terutama menjelang tahun politik, beberapa kali terjadi aksi-aksi intoleransi berbasis agama dan keyakinan, yang dilakukan oleh sesama anak bangsa. Oleh karena itu, sebagai remaja Gereja, apa seharusnya peran kita? Ingat, dulu peran pemuda bagi bangsa ini sangat besar. Kami adalah penerus perjuangan generasi sebelumnya untuk mewujudkan cita-cita bangsa.Pemuda adalah harapan dari setiap kemajuan suatu bangsa. Kita harus membuktikan bahwa pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi lebih kepada pemikiran revolusioner yang menjadi kekuatan utama. Oleh karena itu, pemuda Kristen harus memiliki karakter Kristus.
     Materi terakhir dari kegiatan ini adalah mengenai, “Fungsi Gereja sebagai Enterpreneurship Sosial” yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Albiner Siagian. Kewirausahaan sosial adalah cara pandang dan cara hidup melalui kewirausahaan bisnis yang ditujukan untuk kepentingan sosial dan pengembangan masyarakat. Tujuan utama kewirausahaan sosial bukanlah mencari keuntungan, tetapi lebih mengarah pada hasil yang berdampak positif bagi masyarakat. Mengembalikan fungsi Gereja sebagai gerakan holistik, termasuk reinventing the spirit of entrepreneurship, atau menghadirkan gereja sebagai gerakan umat dan organisasi yang berdampak signifikan dalam menjawab persoalan publik. Kemudian, KN-LWF mengadakan penandatanganan MoU dengan Institut Kristen Tarutung.
     Peserta telah melakukan pawai obor dengan berkeliling kota Pematang Siantar dalam menyuarakan Identitas Lutheran, semangat toleransi, dan memperkenalkan kepada masyarakat Gerakan Pemuda Lutheran. Pawai obor ini diiringi musik gereja yang dibawakan oleh drum band sekolah GKPS. Pawai obor ini menarik perhatian publik dengan melihat semangat kelompok pemuda yang dapat menyumbangkan energinya untuk membantu mencarikan solusi atas permasalahan publik.

Recent posts