Emergency Response (Belajar Gempa)
Pada 05 Desember 2023, KN-LWF melakukan kegiatan “Belajar Gempa” KN-LWF menjalin kerja sama kolaboratif dalam memfasilitasi kegiatan ini dengan bekerjasama dengan CDRM – Community Disaster Risk Management, sebuah LSM yang berbasis di Medan, Sumatera Utara. Lembaga ini merupakan unit dari Universitas Nommensen Medan.
Gempa berkekuatan 6,0 SR yang terjadi pada 01 Oktober 2022 memberikan banyak dampak kerusakan di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Tidak sedikit rumah warga serta rumah ibadah yang mengalami kerusakan ringan hingga parah. Selain itu, terdapat banyak korban luka, korban meninggal dunia serta kehancuran fisik dimana-mana.
Ancaman gempa merupakan jenis ancaman yang sangat sulit untuk dicegah. Jalan untuk dapat hidup berdampingan di wilayah yang rawan gempa adalah dengan memperkuat kapasitas wilayah, baik kesiapsiagaan penduduk, maupun aksi-aksi mitigasi lain dengan tujuan mengurangi dan membatasi ancaman kerusakan. Aksi mitigasi, termasuk perencanaannya juga harus mengidentifikasi kerentanan wilayah tersebut, sehingga peluang dalam mengurangi tingkat risiko kerusakan/kehilangan semakin meningkat. Masyarakat yang terkena gempa sangat membutuhkan perhatian juga kerjasama dari pemerintah serta gereja. Dalam upaya perbaikan kerusakan–kerusakan dan trauma yang ditimbulkan oleh gempa membutuhkan kerjasama dari semua pihak, secara khusus pemerintah dan gereja.
Pada 05 Desember 2022, Komite Nasional LWF Indonesia bersama CDRM&CDS merespon dengan membentuk Tim Emergency Response yang melakukan assessment cepat, dan membangun komunikasi dengan gereja-gereja anggotanya. Ada tiga sekolah yang mendapatkan pelatihan dan latihan Tanggap Darurat. Semua sekolah berada di Kabupaten Tapanuli Utara:
1. TK pembina HKBP (Pukul 09.00 WIB – Selesai)
2. TK GKPI (Pukul 10.30 – Selesai)
3. SD latihan HKBP (Pukul 12.30 – Selesai)
Kegiatan “Belajar Gempa” ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa/siswi tentang bencana, terutama gempa bumi serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa/siswi dalam melakukan penyelamatan diri dan evakuasi gempa. Fasilitator mengajak peserta untuk mengetahui langkah awal dan krusial jika terjadi gempa baik di rumah maupun di sekolah. Dimana saat terjadi gempa tidak boleh langsung lari, tapi harus berlindung terlebih dahulu di bawah meja. Peserta juga diajak untuk mengenal konsep segitiga kehidupan (berteduh di sudut yang membentuk segitiga) sebagai salah satu langkah krusial dalam menyelamatkan nyawa. Setelah itu, fasilitator mengajak seluruh peserta, baik siswa maupun guru untuk melakukan latihan tanggap darurat outdoor. Fasilitator memberikan isyarat akan terjadi gempa, dan mempraktekkan langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Penjelasan dan latihan dilakukan dengan cara yang menyenangkan, ringan, dan berbasis pendidikan anak partisipatif, baik melalui lagu, Gerakan serta bercerita.
Setelah kegiatan selesai, siswa/siswi TK Pembina HKBP&TK GKPI menerima telur serta susu, kemudian siswa/siswi SD Latihan HKBP menerima bubur kacang hijau sebagai peningkatan nutrisi bagi mereka.
Recent posts
Intensive Course Lutheran Theology 2024 – Module 1.1: History of Lutheranism
“Intensive Course Lutheran Theology 2024”Module 1.1: History of Lutheranism Pada tanggal 20-22 Maret 2024, Kursus Teologi Lutheran pertama di Sumatera Utara telah dimulai dan bertempat
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran Komite Nasional Lutheran World Federation (KN-LWF) bersama Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) menggelar forum kolaborasi untuk meningkatkan kualitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas Pada hari pertama, Kamis 15 Maret 2024, Komite Nasional Lutheran World Federation