Diskursus Pemuda Lintas Iman
Pada 19-20 Januari 2023, telah diadakan Diskursus Pemuda Lintas Iman yang diadakan di Sinaksak dan daerah Pematang Siantar. Diskursus ini dibawakan oleh Rev. Lusungu Mbilinyi dan Rev. Dr. Sivin Kit. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan penguatan kapasitas kelompok pemuda lintas iman melalui penyediaan ruang diskursus pengenalan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Rev. Mbilinyi memberikan ruang diskusi bagi para peserta agar mereka dapat melakukan diskusi lebih dalam mengenai persoalan-persoalan apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar khususnya persoalan yang dilatarbelakangi oleh konflik agama. Dalam kesempatan ini, para peserta banyak memberikan pikiran, keluhan serta saran akan apa yang harus mereka lakukan untuk memberantas persoalan kelompok lintas iman sehingga dapat mewujudkan kebebasan beragama yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat.
Ruang ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang keberagaman melalui jalan dialog yang berkesinambungan. Hal ini untuk menegaskan dan merayakan titik temu di antara pemuda lintas iman. Karena kami percaya bahwa melalui dialog, bangsa yang damai dan sejahtera dapat terwujud. Para peserta merupakan muda-mudi dari berbagai agama dan mereka telah banyak mendapat wawasan baru tentang pentingnya toleransi antar umat beragama guna terciptanya perdamaian serta kesejahteraan masyarakat beragama.
Pada hari pertama, para peserta mengikuti diskursus di Sinaksak. Rev. Mbilinyi memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk membahas tentang pandangan terhadap lintas agama di Indonesia. Para peserta kembali mengingat sekilas tentang apa saja faktor pemicu terjadinya konflik agama yang acap kali terjadi di tanah air. Para peserta memulai dari faktor-faktor sederhana dengan sikap acuh tak acuh yang membuat para pemeluk agama merasa komunikasi menjadi suatu hal yang tidak diperlukan, tidak mau kalah. Para pemuda juga membagi perbedaan dalam 3 kelas (kelas bawah, kelas menengah dan kelas elit), dimana tiap-tiap kelas ini memilikipandangan yang berbeda. Di kelas bawah, para kaum elit menggunakan kepentingan politik mereka, sehingga sering terjadi bentrok antar sesama masyarakat yang dipicu oleh kesalahpahaman akan keberagaman yang terjadi. Sedangkan di kelas menengah merupakan masyarakat yang menyadari adanya keberagaman namun mereka cenderung memilih untuk bersikap diam dan tidak menjalankan peran mereka secara maksima. Kemudian, para kaum elit memanfaatkan agama sendiri untuk kepentingan identitas politik mereka.
Recent posts
Intensive Course Lutheran Theology 2024 – Module 1.1: History of Lutheranism
“Intensive Course Lutheran Theology 2024”Module 1.1: History of Lutheranism Pada tanggal 20-22 Maret 2024, Kursus Teologi Lutheran pertama di Sumatera Utara telah dimulai dan bertempat
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran
Forum Diskusi Guru Sekolah Minggu Gereja Lutheran Komite Nasional Lutheran World Federation (KN-LWF) bersama Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) menggelar forum kolaborasi untuk meningkatkan kualitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas
Pelatihan Pekerja Gereja tentang Bahasa Isyarat Indonesia dalam Menciptakan Ibadah Ramah Kaum Disabilitas Pada hari pertama, Kamis 15 Maret 2024, Komite Nasional Lutheran World Federation